Ayo Mengenal Jakarta

Sebagai warga yang lahir dan besar di Jakarta, kudu tahu juga nih riwayat kota tercinta ini. Diambil dari website jakarta.go.id, mungkin bisa memperluas informasi tentang sejarah Jakarta yang dulunya lebih dikenal dengan Batavia. Bertepatan dengan ulang tahun Jakarta yang ke 482, wajah Jakarta yang merupakan ibukota dan pusat pemerintahan republik tercinta Indonesia ini semakin menunjukkan usahanya untuk berbenah dan mempercantik diri dari berbagai pesoalan yang ada seperti banjir, kemacetan lalulintas dan masalah-masalah lain yang tidak hanya menjadi tugas bang Fauzi Bowo sebagai gubernur DKI Jakarta sekarang tapi juga memerlukan peran serta aktif dari masyarakat Jakarta itu sendiri. Ayo, kita mulai dari hal-hal kecil untuk Jakarta tercinta ini. Mulailah dari diri sendiri untuk menjaga kebersihan, tertib lalulintas, saling menghormati dan hal positif lain untuk membangun lingkungan kita.

Sejarah Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai.

Pengetahuan awal mengenai Jakarta terkumpul sedikit melalui berbagai prasasti yang ditemukan di kawasan bandar tersebut. Keterangan mengenai kota Jakarta sampai dengan awal kedatangan para penjelajah Eropa dapat dikatakan sangat sedikit.

Laporan para penulis Eropa abad ke-16 menyebutkan sebuah kota bernama Kalapa, yang tampaknya menjadi bandar utama bagi sebuah kerajaan Hindu bernama Sunda, beribukota Pajajaran, terletak sekitar 40 kilometer di pedalaman, dekat dengan kota Bogor sekarang.

Bangsa Portugis merupakan rombongan besar orang-orang Eropa pertama yang datang ke bandar Kalapa. Kota ini kemudian diserang oleh seorang muda usia, bernama Fatahillah, dari sebuah kerajaan yang berdekatan dengan Kalapa. Fatahillah mengubah nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta pada 22 Juni 1527. Tanggal inilah yang kini diperingati sebagai hari lahir kota Jakarta. Orang-orang Belanda datang pada akhir abad ke-16 dan kemudian menguasai Jayakarta.

Nama Jayakarta diganti menjadi Batavia. Keadaan alam Batavia yang berawa-rawa mirip dengan negeri Belanda, tanah air mereka. Mereka pun membangun kanal-kanal untuk melindungi Batavia dari ancaman banjir. Kegiatan pemerintahan kota dipusatkan di sekitar lapangan yang terletak sekitar 500 meter dari bandar. Mereka membangun balai kota yang anggun, yang merupakan kedudukan pusat pemerintahan kota Batavia. Lama-kelamaan kota Batavia berkembang ke arah selatan. Pertumbuhan yang pesat mengakibatkan keadaan lilngkungan cepat rusak, sehingga memaksa penguasa Belanda memindahkan pusat kegiatan pemerintahan ke kawasan yang lebih tinggi letaknya. Wilayah ini dinamakan Weltevreden.


1 komentar:

introzip mengatakan...

Jakarta harus dipertahankan sebagai Situs Budaya Melayu di Pulau Jawa, setelah Banten luntur kemelayuannya semenjak kedatangan P. Jayakarta.

Satu lagi, berdasarkan Pakar Sejarah Pak Alwi Shahab, ditemukan batu nisan berbahasa arab melayu dari abad ke-12. Jadi, budaya asli Jakarta adalah Melayu.

Salah satu ciri khas masyarakat Melayu, selain Bahasanya adalah Hari Pasar. Ada pasar minggu, senen, selasa, rebo, kemis, jumat, sabtu.

Bahasa Indonesia berasal dari Logat Melayu Jakarta. Sebetulnya, salah besar kalau Betawi adalah Suku. Ciri khas suku mempunyai Raja atau penanggung jawab Suku. Jakarta tempo dulu tidak ada, jadi, sangat tepat kalau di sebut Komunitas Betawi saja, sukunya adalah Melayu.

Walaupun Betawi termasuk akulturasi budaya Cina dan Arab (sejak pembantaian 10.000 Cina di Batavia oleh Belanda), namun kata "Aku" hanya disebutkan dalam sastra dan lagu, sedikit berbeda dengan Melayu Malaysia karena akulturasi Cina dan Arab tadi. Sehingga kata Lu-Gua, Ente-Ane Aye(saya)-Ente, mendominasi. Bagi yang merasa asli, nggak bakalan mau pake "Aku" kecuali mau dipanggil Bencong ... :) by: introzip.

search box