Kemana Setelah Ramadhan?

Ramadhan telah berlalu, setelah 30 hari menahan lapar dan haus serta hawa nafsu, setelah 30 hari di gembleng dengan pola hidup yang penuh keteraturan, setelah 30 hari membekali diri untuk menghadapi 11 bulan berikutnya dalam menjalani kehidupan. Permata terbaik adalah yang didapat dari perut bumi yang dalam setelah melalui proses panjang sebelum bisa terlihat keindahannya. Keramik yang kuat adalah yang telah melalui proses pengolahan dan pembakaran. Kilau berlian tidak akan bersinar tanpa proses pembentukan dan pengikisan.
Bila dalam dunia olahraga di Indonesia ada Pelatnas, mungkin bulan Ramadhan bisa kita persamakan dengan Pelatnas dalam istilah olahraga kita. Tidak ada kata tidak untuk melatih diri, memaksimalkan potensi diri untuk dapat menjadi juara, menjadi yang terbaik. Semakin keras kita berusaha, semakin maksimal hasil yang kita dapatkan. Tidak cuma kemampuan fisik yang ditempa, namun mental juga harus dibina.
Akan kemana kita setelah Ramadhan? Mampukah kita berperilaku layaknya seorang juara sejati yang dengan segala daya dan upaya mempertahankan gelar juaranya?
Berbekal pelatihan di bulan Ramadhan, mestinya di bulan yang fitrah ini sejatinya umat muslim kembali dalam keadaan bersih, kembali mulai dari 0 (nol) bila meminjam istilah iklan Pertamina. Paling tidak nol antara sesama manusia setelah saling ikhlas memaafkan.
Mudah-mudahan berkah Ramadhan terbawa hingga 11 bulan kedepan.

Tidak ada komentar:

search box